Pendakian Dua Puncak Lintas Bawakaraeng ke Lompobattang


Tim Lintas di Lembah Karisma
Siang itu Jumat 6 Maret, di Titik Nol (Sekretariat Mapala UMI Makassar) kedatangan tamu dari Mapala Tarsius Politeknik Manado. Kedatangannya disambut hangat oleh seluruh anggota Mapala UMI Makassar yang ada pada saat itu di Sekretariat. Selain bersilaturahmi, selama di Makassar anggota Mapala Tarsius juga melakukan pendakian bersama dengan anggota Mapala UMI Makassar selama sepekan.

Mereka yang berkunjung ke Sekretariat saat itu berjumlah tujuh orang, namun satu saja yang ingin melakukan pendakian. Kawan kami itu bernama Rivanz Ohoiwirin, anggota dari Mapala Tarsius Politeknik Manado, ia meminta untuk diantarkan muncak ke Puncak Bawakaraeng sekaligus lintas ke Puncak Lompobattang, yang artinya pendakian ini kami sebut "pendakian dari mulut ke perut".

Sebagai tuan rumah, mengetahui adanya tamu yang bertandang ke 
Sekretariat, juga ingin melakukan pendakian dua puncak, Ketua Umum Mapala UMI Makassar, Syahdan pun, langsung meminta empat anggota yang masih aktif untuk bersiap-siap mendampingi Rivanz Ohoiwirin anggota Mapala Tarsius Polikteknik Manado tersebut. Keempat anggota Mapala UMI yang ditunjuk untuk mengantar Rivanz melintasi Puncak Bawakaraeng menuju Puncak Lompobattang yaitu Herman Kambuna dari angkatan Jagad Halilintar, Ahmad Mubarak angkatan Gema Semesta, dan dua dari angkatan Riuh Bahana yakni, Rizal Anwar dan Suprianto Lahabato.
Anggota Mapala UMI Makassar  yang mendampingi Rivanz
Keempatnyapun bersiap-siap membekali dirinya, dengan kesiapan fisik juga surat jalan perizinan yang dibuatkan oleh pengurus. Taklupa pula membawa lembar peta, kompas dan GPS. Perlengkapan navigasi wajib dibawa agar anggota yang jalan bisa belajar mamadukan peta dan kompas untuk mengetahui dan menentukan arah perjalanan saat berada di lapangan. Walaupun itu hanya sekedar pendakian jalur normal biasa, setidaknya anggota bisa belajar dari hasil perjalanan itu. Merefresh kembali materi navigasi yang didapat selama pendidikan dasar.

Selasa 17 Maret 2015 tim lintas Bawakaraeng-Lompobattang 
diberangkatkan oleh pengurus. Tim dilepas di Sekretariat, sebelum berangkat seperti biasa berdoa bersama, agar dalam perjalanan selalu senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. Tim diantar menggunakan mobil menuju kaki Gunung Bawakaraeng di desa terakhir Lembanna Kab. Gowa. Menjadi ketua Tim dalam pendakian itu adalah Herman Kambuna, karena dia telah melewati proses ekspedisi penomoran Gunung Hutan, menuntaskan jenjang pendidikannya, dan dinilai paling berpengalaman dalam hal itu. Juga anggota lain yang sebelumnya sudah pernah melakukan pendakian lintas dari Puncak Lompobattang ke Puncak Bawakaraeng yakni Ahmad Mubarak dan Rizal Anwar.

Pendakian ini cukup terbilang berat, pasalnya, menurut cerita dari 
beberapa senior-senior Mapala UMI, jalur yang akan dilalui oleh tim, medannya begitu extreme, karena tebingnya cukup terjal sekitar 70 derajat, jarang ada pendaki yang membalas lintas balik dari Puncak Bawakaraeng menuju ke Puncak Lompobattang apalagi kondisi 
cuaca bulan Maret ini yang tidak bersahabat, masih musim penghujan. Maka dari itu tim disarankan untuk membawa peralatan pendukung yang safety, seperti tali-temali.

Mengawali pendakian itu di desa Lembanna Rabu pada tanggal 18 Maret. 
Tim berdoa bersama sebelum jalan, membentuk lingkaran di halaman depan rumah Tata. Start dari desa Lembanna pada Pukul 09.11 Wita pagi, ditunjuk sebagai Leader dalam pendakian adalah Rizal Anwar, kemudian disusul oleh anggota lainnya. Menuju pos sembilan tempat camp pertama waktu tempuh sekitar enam jam-an lebih. Tiba di pos sembilan sudah mejelang petang Pukul 15.54 Wita.

Dihari kedua Kamis 19 Maret, tim start dari pos sembilan tempat camp pertama 
pada pukul 11.27 Wita. Perjalanan dilanjutkan menuju puncak Bawakareng yang memiliki ketinggian 2830 Mdpl menurut dari peta yang dibawa oleh tim. Tiba di puncak, jarak pandang mulai ditutupi oleh kabut, karena baru saja hujan turun. Tapi itu bukan halangan, Rivanz anggota Mapala Tarsius Politeknik Manado berfoto di Tranggulasi Puncak Bawakaraeng sebagai bahan dokumentasi perjalanannya.
 
Rivanz berfoto di Trannggulasi Puncak Bawakaraeng

Kemudian dari puncak, tim melintas berjalan diatas punggungan. Menuju tempat camp ke-2 yaitu di Lembah Karisma. Setelah melewati punggungan tipis yang di sisi kiri-kanannya adalah jurang. Tim mendirikan tenda di Lembah Karisma dekat dari sungai dengan posisinya di Titik Kordinat 05° 20' 21" Lintang Selatan kemudian 119° 56' 26" Bujur Timur, tempat camp itu medannya berada diketinggian 2174 Mdpl menurut data yang diambil dari GPS yang dibawa oleh tim.

Tim lintas saat dari Puncak Bawakaraeng menuju punggungan 

Tim lintas berjalan di atas punggungan yang berbatu



Dihari ketiga Jumat 20 Maret, tim start pada pukul 09.48 Wita. Berjalan menyebrangi sungai, lalu kemudian naik melewati tanjakan, tiba dimedan yang datar, jalur yang dilalui oleh tim sudah kembali tertutup, ditutupi tumbuhan liar semak-semak seperti rotan berduri. Tim terpaksa kembali membersihkan jalur lama yang sudah jarang dilalui oleh pendaki itu. Lalu naik lagi ke tanjakan yang lebih terjal, jalurnya membawa tim ke punggungan Puncak Lompobattang. Diatas punggungan jalurnya sudah mulai jelas, namun masih diselimuti oleh kabut hingga ke Puncak Lompobattang.

Tim lintas berfoto di pertigaan jalur antara Lembah Karisma, Puncak Lompobattang & Anjayya
Tiba di Puncak Lompobattang yang memiliki ketinggian 2874 Mdpl sudah menunjukkan pukul 16.03 Wita. Rivanz kembali mengeluarkan kamera miliknya untuk berfoto di Tranggulasi Puncak Lompobattang. Bersama dengan anggota Mapala UMI yang mengantarnya. Tim istirahat di puncak beberapa menit, setelah kabut hilang digantikan matahari sore yang muncul perlahan-lahan dari balik awan yang mendung. Masing-masing anggota tim mengambil gambar dengan latar tranggulasi, sebagai bahan dokumentasi pribadi hasil perjalanannya.
.
Rivanz anggota Mapala Tarsius foto di Tranggulasi Puncak Lompobattang
Tim lintas foto bersama di Trianggulasi menggunakan kamera Go Pro
Dari puncak tim bergegas turun menuju pos sembilan Lompobattang, jam tangan menunjukkan pukul 16.40 Wita. Di pos sembilan terdapat medan datar yang menjadi tempat camp, disitu tim mendirikan tenda. Keesokan harinya Sabtu 21 Maret, Suprianto Lahabato sudah bangun lalu mengambil air di sebelah kiri tempat camp, memasuki jalan setapak turun menuju sungai dengan membawa dua jerigen 5 Liter ditangannya. Air yang diambil digunakan untuk keperluan masak-memasak. Menjadi koki dalam tim adalah Rizal Anwar, rupanya dia mahir dalam urusan masak-memasak. Setelah makan, persiapan packing menuju desa Lembangbune.

Pos 9 Lompobattang, tempat camp pada saat petang
Suprianto Lahabato & Rizal Anwar angkatan Riuh Bahana, Mapala UMI
Alhamdulillah pendakian itu berjalan  lancar, dengan kondisi anggota tim sehat semua. Taklupa kami memberi kabar kepada Bapak Dusun Lembanna bahwa tim lintas sudah tiba di Lembangbune. Selang waktu empat hari tiga malam tim sudah tiba di kaki Gunung Lompobattang desa terakhir adalah Lembangbune. Tim singgah istirahat sejenak di rumah Tata Gassing orang yang dituakan di dusun Lembangbune, Parangbintolo. Dari situ tim kemudian dijemput menggunakan mobil pick-up oleh salah satu anggota Mapala UMI Makassar yang tinggal di Kab. Jeneponto yaitu Ilham Hidayat GST. Selanjutnya diantar ke Makassar menuju Titik Nol.

Oleh: Herman Kambuna, NRA.MPL.10.576.0384.JGR

5 komentar:

  1. Shoooooooooooooot....#MAPALA UMI

    BalasHapus
  2. Penulisnya matlam...tp keren sayamm @Herman kambuna

    BalasHapus
  3. Mantap πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺInsyaAllah bisa lintas seperti itu πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus