Bunda Ully Ajak PA Menyelamatkan Sumber Mata Air

 Foto bersama: Peserta kuliah umum diakhir acara
Salah satu pembicara dalam Kuliah Umum dari Yayasan Garuda Nusantara, Bunda Ully Rusadi mengajak kalangan Pecinta Alam (PA) untuk sama-sama menjaga sumber mata air. Itu disampaikan saat ia menjadi pembicara dalam acara kuliah umum di Hotel Horison, Panakukang, Kamis 30 April 2015.


Kuliah Umum yang mengangkat tema "REFLEKSI HARI BUMI 2015" selain mengundang pembicara dari Yayasan Garuda Nusantara, juga mengundang pembicara dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan kakanda Asmar Exwar, dan Kementerian Lingkungan Hidup PPE Sumapapua, Ibu Elly.

Yayasan Garuda Nusantara selama 36 tahun perjalanannya dalam rana lingkungan hidup. Salah satunya adalah tentang air, untuk saat ini penyelamatan sumber mata air itu sendiri sudah terlaksana, diterapkan didaerah-daerah pelosok desa seperti contohnya dikawasan Badui. Yayasan Garuda Nusantara sudah punya hutan pendidikan sendiri yang lokasinya berada diluar Badui disitu terdapat dua sumber mata air yang telah diselamatkan.

"Jadi kita menyelamatkan mata air itu dilahan kritis, mungkin sampai akhirnya sekarang sudah bagus sekali," kata Bunda Ully. Masyarakat disekitarnya juga diajak agar tidak boleh merusak dan menebang sembarangan pohon-pohon didalam hutan.

Sumber mata air yang satunya lagi berada dilokasi yang sama di daerah Lebak, tapi diluar kawasan Badui, bukan dipemukiman masyarakat, lahannya hanya 4 hektare disitu ada hutan dikasih nama "rumah hutan kita".

Dilahan itu kata Bunda Ully, mencoba satu strategi dengan menanam pohon. Stratregi ini katanya sudah berjalan selama 27 tahun. Pelan-pelan jadi akhirnya masyarakat ikut begerak sendiri menyelamatkan sumber mata air itu. Salah satu yang direkomendasikan oleh Bunda Ully, yakni  menanam pohon Bambu karena dinilai dapat menyerap air, serta menyimpan cadangan air.

"Kita punya hutan pendidikan yang lahannya 4 hektar, itu dirancang dua mata air, jadi kita itu menyalamatkan mata air. Bukan lagi melindungi tapi menyelamatkan" katanya dengan nada tegas.

Selain di Badui ada lagi sumber mata air di kawasan Bogor, yang lahannya hampir 30 Hektare, lahannya masih alang-alang. Bunda Ully menjelaskan, mengapa tanam pohon karena pohon dapat menyimpan air yang merupakan programnya dalam  menjaga sumber mata air. Karena masyarakat, katanya belum paham tentang itu, memberi pemahaman tentan pentingnya sebuah pohon. Menurutnya, kata dia, lakukan dulu sehingga orang-orang akan mengikuti dengan sendirinya.

"Dan yang saya lakukan 36 tahun sekarang. Alhamdulillah tahun ini dannmulai tahun kemarin semua orang sudah melakukan pentingnya menjaga penyelamatan mata air, bukan melindungi lagi" katanya lagi.

Masalah terbesar yang kita hadapi sekarang, menurut Bunda Ully Sigar Rusadi, yang juga musisi balada ini adalah mengenai permasalahan lingkungan dan punahnya beribu-ribu sumber mata air. Pihaknya juga telah melibatkan masyarakat adat yang lebih punya warisan tradisional.

“Salah satu sampelnya adalah di sungai Bengawan Solo (Jawa tengah ) pada tahun 2005 ada sekitar 400 mata air, kemudian pada tahun 2010 hanya tersisa 200 mata air, dan pada tahun 2012, sumber mata air pada sungai yang dimaksud tinggal tersisa 12 mata air” tambahnya.

Dia menegaskan dari data tersebut, bisa dibayangkan bahwasanya sumber mata air sekarang ini hanya tinggal beberapa lagi. Dia juga mengajak semua peserta kuliah umum, yang hadir di Hotel Horsison, Panakukang, Krakatau Balroom itu, yang hadir antara lain mahasiswa pecinta alam se-Kota Makassar, Komunitas Pecinta Alam maupun masyarakata umum untuk melakukan penyelamatan mata air dengan mengidentifikasi sumber-sumber mata air. Disamping itu perlu mengajak masyarakat lokal untuk melakukan itu. Ekpedisi penyelamatan mata air baik di hulu maupun dihilir kota dengan mensosialisasikan ke masyarakat perkotaan juga.

Oleh: Daniansyah Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar