Kami… Hanya Pohon

Pohon / Foto: Safitri
Kami hanya pohon yang hanya hidup demi bumi, yang hanya menunggu nasib menghampiri, kami yang pertama hidup di bumi yang tandus, kami beri warna untuk bumi, kami yang bertahan di bawah terik sang matahari, semua kami terima, tak ada penyesalan sedikitpun. Perjalanan panjang yang harus kami lalui, dengan bantuan matahari kami bisa mengelola makanan sendiri, dengan bantuan angin kami bisa mengencangkan batang kami dan dengan bantuan air kami bisa berkembang sampai hari ini.

Kesedihan mulai muncul saat kami tak lagi dianggap indah, saat kami dilihat sebagai merusak keindahan. Keindahan yang kini diinginkan bukanlah dari kami. Tahukah kalian,,,? Sumber kehidupan salah satunya berasal dari kami. Karena kami yang mencukupi kebutuhan oksigen. Setiap hari mengeluarkan oksigen demi kelangsungan hidup banyak makhluk lainnya. Sakit yang kami rasakan, saat sebagian dari kaum kami harus mengakhiri hidupnya, bukan karena usia namun karena kurangnya kesadaran untuk saling menjaga. Namun kami tetap tumbuh dengan melahirkan pucuk yang menjadi penyambung kehidupan kami.

Sadarkah kalian apa jadinya jika kami tidak ada? Tak akan lagi ada yang menyajikan oksigen demi kelangsungan hidup, sadarilah betapa indahnya kami, kami memberi warna hijau yang dapat membantu mata untuk menjadi lebih fress, kami yang memberi keteduhan saat terik matahari menyelimuti tanah. Mungkin semua percuma karena teknologi yang memudahkan, memberi kenyamanan dan praktisnya menjadi keunggulan dan sedikit demi sedikit sifat egois individu muncul. Dan kehancuran yang lebih cepat akan terjadi.

Kami tak minta banyak biarkan kami hidup dengan sebuah pelestarian. Kami tak hidup percuma karena banyak makhluk bergantung pada kami, manfaat yang kami hadirkan bersamaan dengan kehidupan kami, penting untuk kalian melestarikan kami karena rantai kehidupan akan terputus dengan kalian memotong kami demi keegoisan sesaat. Kalian hanya peduli dengan kenikmatan yang lambat laun akan menggeser bahkan akan menghentikan pertumbuhan kami dengan membangun bangunan yang megah.

Hari ini sebuah kesedihan yang terlihat demi ingin melihat keindahan bangunan, kami ditebang tanpa menyisakan ranting. Kami terlihat seperti perusak, pengganggu pemandangan, dan hanya tumbuhan yang tidak bermanfaat. Hijau yang selalu disandangnya bukan karena pertumbuhan kami namun hanya sebuah warna yang artinya bukanlah kami. Jelas sudah ketamakan dan keegoisan menjadi utama saat kalian melihat kami dengan sebelah mata.

Oleh: NRA.MPL.12.658.0416.GST

2 komentar: