Pemotongan tumpeng oleh Rektor Universitas Muslim Indonesia, Ibu Prof. Dr. Hj. Masrurah Mochtar, MA. menjadi puncak syukuran Milad 35 tahun Mapala UMI yang lahir pada 23 Oktober 1981 silam, dilanjut menyanyikan Indonesia Raya dan Mars Mapala UMI yang dinyanyikan dengan hikmat oleh seluruh peserta TWKM dan anggota Mapala UMI.
Dalam pidato penutupan sekaligus menutup serangkaian kegiatan TWKM 28
kali ini, Rektor UMI memberikan suntikan semangat bagi Pencinta Alam,
“kami sekarang menyadari bahwa memang benar bahwa sesungguhnya
pengabdian Pencinta Alam itu sejatinya sangat besar. Kita dapat melihat
dari Kode Etik Pencinta Alam yang selalu dibacakan disetiap kegiatan
Pencinta Alam,"
Dihadiri oleh 231 institusi dan 673 peserta TWKM ditambah semua anggota Mapala UMI lintas angkatan, acara dibuka dengan tarian tradisional pukul 19.00 WITA yang dilanjut pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Sambutan Ketua Pelaksana TWKM 28 oleh Wiwing Andi Sulaeman melanjutkan rangkaian acara penutupan.
Dalam sambutannya Wiwing menyampaikan banyak terimakasih, “saya mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak sponshor, media partner, panitia pelaksana dan peserta TWKM 28 yang telah mensukseskan kegiatan hingga akhir.”
Penanyangan video tentang kegiatan TWKM melanjutkan rangkaian acara, penanyangan video tentang moment-moment yang terjadi di Temu Wicaran yang membuat histeria peserta TWKM. Penayangan video Kenal Medan 5 divisi, Hutan Gunung, Panjat Tebing, Susur Gua, Arung Jeram dan Penyelaman tak kalah membuat riuh Auditorium Al Jibra.
.
Sambutan Pusat Kordinasi Nasional (PKN) terpilih oleh Wawan Rukman menambah keriuhan suasana, dalam sambutannya yang berapi-api, anggota Mapala Unasman Sulbar ini mengutip kata perjuangan Soe Hok Gie, “kita sebagai anggota Pencinta Alam harus terus berjuang untuk kelestarian alam, kita tidak boleh menyerah seperti Soe Hok Gie. Lebih baik diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan.”
Tepuk tangan menggetar malam penutupan yang diestafet dengan gelegar pemutaran video profil Mapala UMI Makassar, kesuksesan TWKM 28 menjadi kado manis Mapala UMI. Anriadi selaku Ketua Umum (KU) Mapala UMI dalam sambutannya berharap, ”semoga Mapala UMI di Milad yang ke 35 tahun ini semakin sukses, bermanfaat bagi nusa bangsa, dan semakin kompak untuk keluarga besar Mapala UMI.”
Keberhasilan Mapala UMI menyelenggarakan TWKM 28 bagi Anriadi merupakan buah kerjasama dan totalitas pengabdian anggota Mapala UMI, “keberhasilan TWKM 28 ini tak terlepas dari dukungan para senior kami, kerja keras panitia dan pengurus Mapala UMI untuk mensukseskan kegiatan ini.”
Kakanda Andi Ismail Kurniawan, SE, MM. selaku stering comitte (SC) sekaligus penanggung jawab TWKM mengungkapkan, “puji syukur atas suksesnya TWKM 28 kali ini, meski cuaca menjadi kendala dalam kegiatan Kenal Medan, namun semua berjalan dengan lancar. Support Pemerintah baik pemerintah daerah Makassar, Bantaeng, Maros, Enrekang dan Luwu Utara juga menjadi jembatan suksesnya TWKM.”
Anggota Mapala UMI angkatan 8 Kabut Rimba yang juga pemangku adat di Bantaeng ini juga berharap, “semoga TWKM 29 di Jakarta, seluruh Pencinta Alam khususnya Mapala di dalam Temu Wicara (TM) ada suatu program dimana pendidikan dasar memasukkan materi leadership di mana mereka tujuan utama adalah kuliah, dan mengikuti organisasi adalah sebuah jembatan untuk mendukung kuliah.”
Sahri Wahyuni anggota Mapala UMI angkatan 14 (Lereng Terjal) selaku
panitia TWKM yang bertugas mendampingi Kenal Medan divisi susur goa,
turut memberikan pendapatnya tentang suksesnya TWKM 28 kali ini, “syukur
meski tantangan yang dihadapi sangat besar, kami bisa melewatinya.
Berkat kerjasama yang baik antar berbagai pihak, baik panitia maupun
peserta, membuat lancar dan suksesnya TWKM 28 meski sampe detik ini
belum ada kepastian kapan bantuan dari Dikti turun.”
Hasrullah, Peserta Temu Wicara TWKM 28 dari Mapala Girijaya Universitas
Dayanu Ikhsanuddin BauBau memberikan sedikit evaluasinya tentang peserta
TWKM kali ini, “saya berharap anggota Pencinta Alam bisa lebih disiplin
dan mawas diri dalam menjaga lingkungan, contohnya disiplin membuang
sampah sendiri di tempatnya sebagai tanggung jawab diri sebagai Pencinta
Alam.”
“Mulailah dari bertanggung jawab dari hal kecil agar bermimpi
menyelamatkan lingkungan yang lebih besar skalanya, bukan menjadi omong
kosong. Panitia TWKM 28 sudah sangat baik memberi pelayanan, namun
peserta yang tidak disiplin inilah yang kelak akan merusak citra
Pencinta Alam.”
Setali tiga uang dengan Hasrullah, Ester Yuan Rahayu peserta Temu Wicara
TWKM 28 asal Mapala Gappala Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
turut mengotokritik, “TWKM merupakan acara terhormat yang membahas isu
penting dan serius bagi Pencinta Alam Indonesia, panitia sudah memberi
yang terbaik bagi terselenggaranya acara TWKM 28, sayang jika
disia-siakan oleh peserta, oleh karena itu evaluasi justru harus
dialamatkan kepada peserta TWKM khususnya Temu Wicara.”
“Intelektual muda yang menamakan diri sebagai Pencinta Alam hendaknya lebih serius dalam mendiskusikan masalah lingkungan nasional, sebab di tangan kitalah kepercayaan masyarakat akan berakhirnya masalah lingkungan teratasi.”
“Intelektual muda yang menamakan diri sebagai Pencinta Alam hendaknya lebih serius dalam mendiskusikan masalah lingkungan nasional, sebab di tangan kitalah kepercayaan masyarakat akan berakhirnya masalah lingkungan teratasi.”
“Selain itu, hendaknya Anggota Mapala lebih memperhatikan etika,
terutama kepada kaum wanita. Apa gunanya skill dan knowledge tanpa
etika? Alih-alih menganggap sesama anggota Mapala saudara, menghormati
dan melindungi sesama anggota saja tidak bisa, lindungilah anggota
Pencinta Alam wanita, jangan malah memodusi, hal inilah yang membuat
citra Pencinta Alam jadi negatif dan terkesan kampungan. Hargailah
panitia yang sudah berjuang mewadahi kita untuk membahas hal penting di
TWKM, jangan dibumbui dengan hal yang tidak penting, sikap Mapala di
TWKM memang harus serius.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar